Kamis, 21 Juli 2016

Sajak Kapal dan Langit Merah

1.       Langit merah mulai beradu pandang,
terheran pada kekapal yang terus berhenti menghampiri tepian…
Banyak kapal yang datang silih berganti,
namun tak ada satupun kapal yang dinanti.

2.                            Air pasang terus menghantam…
           menenangkan jika mereka diam…
           membiarkan tarian alam membawa pergi kesunyian….
           Mendengarkan bisikan suara dalam hati,
           melibatkan dalam pangkuan sepi.
3.       Sendiri yang melenakan.
Sendiri yang tak berhilir.
Sendiri yang tenang.
Sendiri yang mendamaikan.
4.       Kapal yang menepi, tak berpenghuni.
Berdiri tanpa nafas saat menjalankannya.
Kapal kosong.
Dunia yang kosong…
5.       hampa menerbitkan diri…
menguasai dunia…
 menghempas-hempas keramaian yang dirindukan manusia.
Melempar jauh kehangatan yang pernah ada dalam hati…
6.       Hari ini, hampa yang kosong.
Kosong yang hampa..
Dunia ini tak lagi bernafas.
berebut tempat duduk.
beramai-ramai menguasai cinta…
dunia yang kosong,
tak bergerak…
tak bernafas…
7.       Laut diam menggenang,
balon-balon uap terus naik ke atas langit  merah.
Langit mulai berdarah…
 terluka karena manusia…
Kehampaan terus menjarah dada,
tapi tak sadar-sadar juga…
8.       Kapal-kapal kehidupan tak lagi bergerak menepi…
 membutakan dunia,
mengosongkan semua mata.
Mereka hanya dapat melihat kilau…
kilau emas,
kilau permata,
kilau cinta,
kilau tahta,
kilau pada kesemuan yang diimpikan antara malam dan siang…
9.       Hari ini, kapal-kapal berdatangan tanpa nahkoda…
dunia kosong melompong…
panggung hidup tanpa peran,
tak bertokoh…
10.   Tidak, namun kulihat…
Semua tokoh berdasi
berjas menjadi ritual yang wajib.
Mereka berjalan saling bertentangan…
tak peduli dengan kebingungan hati,
para manusia kecil pekerja di sawah-sawah berpestisida,
 di sekolah reot,
di hutan rimba,
di perusahaan berduri…
11.   Dunia tak lagi bernadi…
denyutnya terhisap keserakahan…
Dunia seperti tak bernyawa…
terbilas mati di dalam hati…


Senin, 8 November 2014

Merindu

---Merindu---

Daun-daun kuning berguguran...
Biarlah dia pergi tersapu angin...
Aku akan disini,
sendiri.

satu-persatu kuhitung, daun-daun yang menguning.
Tak pernah ada namamu...
Juga tak ada namaku...
Atau kita memang bukan takdir?

Selasa, 13 Januari 2015

Tentang Sebuah Kota



 # Tentang Sebuah Kota

Kata sebuah kota bahagia dan berdiri
Di ujung masa,
Berlari meninggalkan kota hati…

Kata sebuah kota cinta dan tegar
Di ujung perjalanan,
Bermimpi meninggalkan taman surga...

Kerinduan pada benci
Kebencian pada rindu
Saling merangkul di kota ini
Aku merasa kota telah mati...

Hamparan-hamparan yang penuh harap...
Kini, tinggal puing di tengah kota yang gagah.


Kata sebuah kota bahagia dan berdiri
Di ujung masa,
Berlari meninggalkan kota hati…

Kotaku adalah hatiku

Sajak Darikoe



SAJAK September
1.       Engkau datang seperti matahari yang tak berhenti bersinar..
Aku merasa mudah mengenalmu…
karena mungkin, tanggal lahir kita sama…
kesukaan kita sama…
Hobi kita sama…
Cita-cita kita sama…
Mimpi kita sama…
kita seperti anak kecil yang bermain bersama…
lepas tanpa beban…
Kekanak-kanakan…
2.       Lalu semua itu kusebut cinta..
Ia terus memanggilmu dalam benak…
bibir kelu mengatakan…
tak ada ungkapan apapun…
aku hanya diam..
kau pun diam…
namun getarannya tak dapat menipu kita
3.       Diam itu hanya untuk menutupi
apa yang terjadi dalam pikiran kita masing-masing…
saling menjauh...
berpura-pura kita bukan jodoh…
4.       Kau membuktikannya dengan menikah…
bukan denganku…
tentu saja, engkau tak tahu aku…
aku tak tahu engkau..
tidak tahu yang membuatku mengenalmu terlalu dalam..
meski waktu yang begitu singkat…
5.       Itu yang disebut kenyataan?
Itu yang disebut takdir?

6.       Aku ulang tahun, kau ulang tahun…
dank au menikah di antara hari-hari itu…
tentu kau tak tahu aku memperhatikannya…
karena aku hanya melihatmu dari jauh…
bisakah engkau mengenalku?
merasakan kesamaan yang tak dibuat-buat?

7.       Tak mengapa, ragamu dipinjam orang lain…
Tapi berapa tahun lagi aku harus menunggumu?

September, 2014

Sajak Darikoe



SAJAK BBM
1.       Asap-asap mengepul…
Pembakaran apapun bentuk keprotesan rakyat…
Disana, kulihat kehadiran Iblis…
Mereka berjoget, menari, dan tertawa…
tak peduli dengan teriakan Allahu akbar!!!

2.       Kalian berjejeran rapi…
terkadang berdiri tak beraturan…
berkelahi dengan polisi…
dan seakan tak menyerah…

3.       Kalian menangis…
karena masjid-masjid kalian digeledah…
tapi… tak ada yang bisa kalian lakukan…
banyaknya kalian tak merubah apa-apa…
itu kenyataan…

4.       Aku tahu, kalian para pemberani…
kalian para pembela kebenaran…
kalian para hati-hati yang jernih…
tapi…
kalian tak seharusnya mati konyol di tangan polisi…
jangan sampai itu terjadi…

5.       Aku tahu, kalian sedang berjuang…
sedang berkorban…
sedang mempertaruhkan nyawa kalian satu-satunya…
Tapi, tidakkah ada cara yang lain?
Luka lebar Orangtua kalian di rumah…
Beban hidup yang semakin sulit…
Semua itu sudah cukup untuk menyakiti kalian…
Jadi, jangan biarkan aku melihat kalian terus tergerus dan kalah…

6.       Aku tahu, kalian hebat…
kalian anak-anak bangsa yang cerdas…
karena itu, perangi dengan otak kalian…
bukan dengan otot…
karena kalian dimata mereka hanya seonggok SAMPAH!
tak berguna,,, tak berarti… menyebalkan… biang kerok…
Jadi, buatlah kalian berguna dimata mereka…

7.       Jika perlu, buatlah dunia menjadi terbalik…
mereka menjadi cinta pada kalian…
menjadi kagum dan penuh haru…
Jangan balas kekejian dengan teriakan-teriakan gila…
itu terlalu hina bagi orang yang berpendidikan seperti kalian…

8.       Darah suci kalian lebih baik mati nanti…
setelah kecintaan mereka pada Tuhan mulai kokoh…
setelah kebenaran terungkap…
setelah iman-iman kalian semakin membara…
bukan di situasi sekarang…

9.       Kini, bukankah kalian termakan arus media?
terbawa arus mengalir dan tak tahu kebenaran…
biarlah waktu yang akan mengatakan…
kebenaran hanya milik Tuhan,
itu benar…
Tuhan tidak akan diam…
Tuhan pasti MEM-BA-LAS nya…

10.   Aku hanya tak ingin …
Suatu saat … engkau mati konyol…
ditangan orang-orang yang tak pantas menjadi pemenang…

Desember, 2014

Sajak Darikoe



Sajak Presidenku

1.       Presidenku ada tujuh
Rupa-rupa warnanya…
Hijau…Kuning…
Kelabu… Merah muda…
Ungu …. Coklat…
dan Biru…

2.       Meletus warna hijau dan kuning… Dorr…
Hatiku sangat senang…
Meletus warna kelabu dan merah muda… Dorrr…
Hatiku sangat riang…
Meletus warna ungu dan coklat… Dor…
Hatiku ketakutan…

3.       Presidenku tinggal satu…
Kupegang erat-erat…

4.       Perasaanku padamu…
Seperti burung-burung yang terus bernyanyi…
Seperti deruan hujan deras yang tak berhenti…
Seperti malam yang senyap dan melenakan…

5.       Harapanku padamu seperti tepian sungai yang terus mengalir…
Bisakah bapak mengerti?
Bisakah cinta ini berbalas sesuai keinginanku?
Semua rakyat tenang…
Semua rakyat tersenyum…
Semua rakyat damai…
Semua rakyat bersuka cita…
Semua…semua mereka tak ada lagi yang menangis…

6.       Tak ada lagi perut yang kerontang…
tak ada lagi diskriminasi…
tak ada lagi yang coba-coba mencuri kekayaan negeri…
TAK ADA LAGI …!!!!

7.       Cintaku padamu setinggi fajar yang terbit tiap pagi…
Ku pupuk cintaku setiap hari padamu…
Supaya di setiap jalanku, aku tak menyerah pada hidup…
Mungkinkah cintaku akan berbalas, wahai bapak??

8.       Setiap malam, mimpiku menari-nari dalam tidur…
memikirkan tanah lahirku…
darahku yang pernah bersimbah di sini…
aku tak ingin diri terusir…
karena ketidaknyamananku pada negeri ini sekarang…
karena kekecewaanku sejak ratusan tahun yang lalu…

9.       Aku melihat, betapa bodohnya kami…
Diam dan lemah membiarkan selama ratusan tahun di jajah!
Di jarah! Di bunuh! Di buang!
Kenapa kita tidak sekuat kekayaan yang negeri ini miliki?
Kenapa?

10.   Siapa lagi yang kuharapkan yang bisa mengubah Indonesia?
Selain engkau, bapak??
Selain engkau… satu-satunya…
tak ada lagi…
Mungkinkah bawahanmu terlalu serakah?
Mungkinkah kami yang terlalu bodoh?
Apa aku merasa patah hati, bapak?
Kenapa tiba-tiba aku sangat marah?

11.   Setiap harinya aku selalu memupuk cinta pada negeri…
Pada pemimpin ini…
Namun, akankah cinta dan harapanku terbalaskan…?????
Aku berharap bapak, engkau mencintai kami lebih dari apapun…
Lebih dari apapun…
Lebih dari apapun…
dan Lebih dari apapun..
Seperti aku yang membelamu mati-matian.