1.
Langit merah mulai beradu
pandang,
terheran pada kekapal yang terus berhenti menghampiri tepian…
Banyak kapal yang datang silih berganti,
namun tak ada satupun kapal yang dinanti.
2. Air pasang terus menghantam…
menenangkan jika mereka
diam…
membiarkan tarian alam
membawa pergi kesunyian….
Mendengarkan bisikan
suara dalam hati,
melibatkan dalam pangkuan
sepi.
3.
Sendiri yang melenakan.
Sendiri yang tak berhilir.
Sendiri yang tenang.
Sendiri yang mendamaikan.
4.
Kapal yang menepi, tak
berpenghuni.
Berdiri tanpa nafas saat menjalankannya.
Kapal kosong.
Dunia yang kosong…
5.
hampa menerbitkan diri…
menguasai dunia…
menghempas-hempas keramaian yang dirindukan
manusia.
Melempar jauh kehangatan yang pernah
ada dalam hati…
6.
Hari ini, hampa yang kosong.
Kosong yang hampa..
Dunia ini tak lagi bernafas.
berebut tempat duduk.
beramai-ramai menguasai cinta…
dunia yang kosong,
tak bergerak…
tak bernafas…
7.
Laut diam menggenang,
balon-balon uap terus naik ke atas
langit merah.
Langit mulai berdarah…
terluka karena manusia…
Kehampaan terus menjarah dada,
tapi tak sadar-sadar juga…
8.
Kapal-kapal kehidupan tak lagi
bergerak menepi…
membutakan dunia,
mengosongkan semua mata.
Mereka hanya dapat melihat kilau…
kilau emas,
kilau permata,
kilau cinta,
kilau tahta,
kilau pada kesemuan yang diimpikan
antara malam dan siang…
9.
Hari ini, kapal-kapal berdatangan
tanpa nahkoda…
dunia kosong melompong…
panggung hidup tanpa peran,
tak bertokoh…
10.
Tidak, namun kulihat…
Semua tokoh berdasi
berjas menjadi ritual yang wajib.
Mereka berjalan saling bertentangan…
tak peduli dengan kebingungan hati,
para manusia kecil pekerja di
sawah-sawah berpestisida,
di sekolah reot,
di hutan rimba,
di perusahaan berduri…
11.
Dunia tak lagi bernadi…
denyutnya terhisap keserakahan…
Dunia seperti tak bernyawa…
terbilas mati di dalam hati…
Senin, 8 November 2014